
Pada suatu hari seorang anak kecil menemukan seekor burung kecil yang terjatuh dan tidak berdaya. Lalu anak kecil tersebut mengangkat burung itu dengan hati hati dan perlahan, mengembalikan ke sarangnya. Kata anak itu, kasian burung ini tidak punya siapa2. Sama seperti aku. Aku juga seorang diri. Bagaimana kalau aku memelihara burung ini. Aku akan melindunginya, memberikan dia makan dan membuatkan sarang yang bagus sebagai rumah tempat ia tinggal.
Anak kecil tersebut memutuskan untuk memeliharanya. Ia melakukan tindakannya sendiri dan bertanggung jawab untuk memberikan makanan dan minuman kepada burung tersebut dan membuat tempat tidur , ia tampak senang dan melakukan dengan sepenuh hati.
Ia meletakkan kotak-kotak mainan, kain2 perca sebagai selimut dan sangat berhati-hati dalam merawat burung kecil itu. Dia berfikir dengan cara sperti itu, burung itu tidak akan pernah merasa bosan.
Ia meletakkan kotak-kotak mainan, kain2 perca sebagai selimut dan sangat berhati-hati dalam merawat burung kecil itu. Dia berfikir dengan cara sperti itu, burung itu tidak akan pernah merasa bosan.
Seminggu, dua minggu, sebulan berjalan..keadaan burung itu yang tadinya tidak berdaya, akhirnya mulai kembali menemukan kekuatannya. Lalu pada suatu saat burung itu hendak terbang ke alamnya yang bebas, namun anak kecil itu segera menangkapkan. Hal ini sudah terjadi beberapa kali, namun anak kecil itu segera memergokinya.
Lalu dengan segera anak kecil itu membuat kandang sederhana dan mengurung burung itu. Dia tidak ingin burung tersebut pergi terbang bebas di alamnya. Ia ingin burung itu bersamanya dan ia berpikir bahwa burung itu akan bahagia bersama dengannya.
Kata anak kecil itu: Aku menyayangi burung ini, dan aku tidak ingin kehilangan dia.. aku tidak ingin dia pergi.
Akhirnya burung tersebut menempati kandang itu. Lalu seminggu kemudian burung itu menunjukkan ketidaknyamannya di kandang yang dibuat anak kecil itu. Ia mulai tidak mau makan dan minum, semakin malas dan keadaannya pun semakin hari semakin memburuk. Dan pada suatu saat burung itu ditemukan terkapar dan tidak berdaya. Burung tersebut mati.
Kesedihan terbayang diwajah anak kecil ini..ia menyesal. Dia akhirnya menyadari bahwa seharusnya burung tersebut dia biarkan bebas..burung itu akan lebih senang terbang bebas di luar sana, karena disitulah tempatnya.
Anak kecil ini telah berlajar akan sesuatu hal, bahwa
mengasihi bukanlah melakukan hal yang kita anggap baik oleh diri kita sendiri, tapi bagaimana kita melakukan dan memberikan yang terbaik buat orang yang kita sayangi. Konsep mengasihi bukanlah mengasihi dengan egois, karena mahluk yang kita kasihi bukanlah benda mati tetapi, mahkluk yang memiliki kehendak bebas.
Lalu sebuah comment berkata...
kenapa harus jadi sangkarnya tid..kenapa ga jadi temen burungitu..kan bisa berpetualang bareng hehehe...??
kenapa harus jadi sangkarnya tid..kenapa ga jadi temen burungitu..kan bisa berpetualang bareng hehehe...??
aku menjawab..
karena gw belum cukup untuk bisa berbesar hati menerima konsekuensi yg suatu saat harus gw saksikan dan harus gw hadapin gw belum siap untuk jatuh dan sakit hati lagi. gw belum siap..kehilangan lagi
Tadi gw pikir gw bisa jd sangkar yang akan ngobatin lukanya..
tapi ternyata..gw ga bisa memaksakan kehendak gw..gw justru harus membiarkan dia pergi..biarin burung itu bahagia di luar sana..atau…mungkin juga gw bukan sangkar yg terbaik dan sempurna buat dia
" Life is a constant process of growth and change"
you just have to be willing to get happy about nothing, fall in love or fall
in hate...just embrace it and enjoy the ride
1 comment:
gw juga nga siap Cid.. kalo berat badan gw nambah lagi .. Plak...
ampun Cid...
Post a Comment